Melolong dipagi buta
Menjerit dirundung duka
Lirih meraung angkasa membumbung
murka sang tanah memburu nyawa
Bangkai berserak terkubur tanah derita
Darah bercucur di runntuh hancurnya tembok
Teriak - teriak meminta, menyujud pada-Nya
Bila nyawa lepas tercabut, tak guna ampun sujudmu
Dahulu rakus dunia habis dimulut besarmu
Maka bencana menendang dari ragamu
Begitu bodoh manusia di puncak dunia
tanpa ingat Tuhan di atas ubun kepalanya
Murka sang tanah menyentak manusia
bangunkan mimpi alam sadarnya
Terpapah lurus tujukan jalan benarmu
Agar berarti sisa hidupmu
Surabaya, 29 Oktober 2009
JST
Puisi Hidup
Antara Seni dan Realita
0 komentar:
Posting Komentar